Laskar Pelangi merupakan sebuah
novel yang diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karya tangan
seorang pujangga bernama Andrea Hirata. Sebagai seorang peni’mat, aku tak
pernah bosan menonton film tersebut. Laskar Pelngi terdiri dari 10 orang yang
merupakan siswa dari SD Muhammadiyah dan semuanya merupakan berasal dari
keluarga yang tidak mampun namun memiliki cita-cita yang tinggi. Salah satu
siswa yang menjadi inpirasi bagi ku adalah lintang. Lintang adalah serang anak
dari seorang ayah yang bekerja sebagai nelayan, ibunya sudah lama tiada.
Lintang meiliki adik 3 orang dan semuanya perempuan. Lintang adalah siswa yang
sangat jenius, siswa yang mampu memotivasi kesembilan teman-temannya untuk tetap
sekolah dan memiliki cita-cita meskipun keadaan tidak mendukung. Dia adalah
orang pertama yang amat sangat bersemangat untuk bersekolah. Namun, nasib baik
tak selamanya dialaminya. Meskipus memiliki otak yang jenius lintang tak bisa
melawan arus kehidupan.
Cerita kehidupan yang mengiris
hatiku dengan apa yang dialami Lintang adalah ketika dia berusaha melawan
teriknya mentari, panasnya kehidupan, dan ganasnya seekor buaya yang bisa aja
tiba-tiba memangsanya untuk mengikuti lomba cerdas-cermat. Namun, akhirnya perjuangan
seorang lintang ini tak sia-sia. Gelar juara berhasil diraihnya bersama
rekannya Ikal dan Mahar. Dengan rasa penuh gembira, riang serta bahagia,
Lintang pulang menemui adik-adiknya dan ayahnya untuk memperlihatkan piagam
pennghargaan yang didapatnya dalam lomba.
Sesampainya digubuk kecih disisi
pesisir yang menjadi tempat berlindung setiap hujan turun, setiap terik mentari
mencoba membakar kulitnya, yang didapatnya bukan ayahnya melainkan adiknya.
Dari mulut sang adik teruntai sepatah kata, “kak, ayah belum pulang”. Mendengar
ucapan sang adik riuh gembira berubah menjadi rasa yang begitu kacau, riang
bahagia berubah menjadi rasa sedih yang tiada tara. Hampir sepanjang malam
Lintang duduk manis penuh rasa khawatir menunggu pulangnya sang ayah dari perjalannanya
mencari ikan di laut.
Hari demi hari terus berganti
namun kabar tentang sang ayah pun tak kunjung datang. Hingga akhirnya terdengar
kabar jika ayahnya telah meninggal dunia. Rasa sedih begiku memukul pikiran dan
hati Lintang. Cita-citanya untuk tetap mendapatkan pendidikan harus putus
ditengah jalan. Sebagai seorang kakak, kini Lintang harus menjadi tulang
punggung, menafkahi adik-adiknya yang masih sangat kecil di sebuah gubuk kecil
peninggalan orang tua mereka. Di umur 11 tahun, Lintang harus merasakan
pahitnya kehidupan, kerja keras harus dilakukannya untuk menyambung kehidupan.
Setiap waktu, setip jam, setiap minggu, bulan bahkan tahun kini sudah berganti
dan Lintang harus tetap semangat menafkahi kehidupanya dan adik-adiknya.
NOTE: “catatan yang sangat berharga ini aku tulis setalah untuk kesekian
kalinya aku menonton film ini namun tak ada rasa bosan. Hanya cerita inspirasi
dan motivasi yang senantiasa ku dapat dari setiap alur cerita yang teruntai.
Semangat menjalani hidup, berkarya untuk kehidupan dan senntiasa berusaha
mewarnai setiap sendi kehidupan adalah pesan yang amat sangat berharga yang
tersirat dalam isi film ini. Sebagai seorang yang memiliki cita-cita aku merasa
malu karena apa yang kulakukan untuk mencapi cita-cita itu belum lah maksimal
dibandingkan apa yang dilakukan oleh para laskar pelangi. Semoga aku bisa
menjadi orang yang senantiasa tetap optimis berusaha dan tetap semangat meraih
cita-cita dalam keadaan apapun”