Selasa, 07 Januari 2014

Lintang Laskar Pelangi

Laskar Pelangi merupakan sebuah novel yang diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karya tangan seorang pujangga bernama Andrea Hirata. Sebagai seorang peni’mat, aku tak pernah bosan menonton film tersebut. Laskar Pelngi terdiri dari 10 orang yang merupakan siswa dari SD Muhammadiyah dan semuanya merupakan berasal dari keluarga yang tidak mampun namun memiliki cita-cita yang tinggi. Salah satu siswa yang menjadi inpirasi bagi ku adalah lintang. Lintang adalah serang anak dari seorang ayah yang bekerja sebagai nelayan, ibunya sudah lama tiada. Lintang meiliki adik 3 orang dan semuanya perempuan. Lintang adalah siswa yang sangat jenius, siswa yang mampu memotivasi kesembilan teman-temannya untuk tetap sekolah dan memiliki cita-cita meskipun keadaan tidak mendukung. Dia adalah orang pertama yang amat sangat bersemangat untuk bersekolah. Namun, nasib baik tak selamanya dialaminya. Meskipus memiliki otak yang jenius lintang tak bisa melawan arus kehidupan.
Cerita kehidupan yang mengiris hatiku dengan apa yang dialami Lintang adalah ketika dia berusaha melawan teriknya mentari, panasnya kehidupan, dan ganasnya seekor buaya yang bisa aja tiba-tiba memangsanya untuk mengikuti lomba cerdas-cermat. Namun, akhirnya perjuangan seorang lintang ini tak sia-sia. Gelar juara berhasil diraihnya bersama rekannya Ikal dan Mahar. Dengan rasa penuh gembira, riang serta bahagia, Lintang pulang menemui adik-adiknya dan ayahnya untuk memperlihatkan piagam pennghargaan yang didapatnya dalam lomba.
Sesampainya digubuk kecih disisi pesisir yang menjadi tempat berlindung setiap hujan turun, setiap terik mentari mencoba membakar kulitnya, yang didapatnya bukan ayahnya melainkan adiknya. Dari mulut sang adik teruntai sepatah kata, “kak, ayah belum pulang”. Mendengar ucapan sang adik riuh gembira berubah menjadi rasa yang begitu kacau, riang bahagia berubah menjadi rasa sedih yang tiada tara. Hampir sepanjang malam Lintang duduk manis penuh rasa khawatir menunggu pulangnya sang ayah dari perjalannanya mencari ikan di laut.
Hari demi hari terus berganti namun kabar tentang sang ayah pun tak kunjung datang. Hingga akhirnya terdengar kabar jika ayahnya telah meninggal dunia. Rasa sedih begiku memukul pikiran dan hati Lintang. Cita-citanya untuk tetap mendapatkan pendidikan harus putus ditengah jalan. Sebagai seorang kakak, kini Lintang harus menjadi tulang punggung, menafkahi adik-adiknya yang masih sangat kecil di sebuah gubuk kecil peninggalan orang tua mereka. Di umur 11 tahun, Lintang harus merasakan pahitnya kehidupan, kerja keras harus dilakukannya untuk menyambung kehidupan. Setiap waktu, setip jam, setiap minggu, bulan bahkan tahun kini sudah berganti dan Lintang harus tetap semangat menafkahi kehidupanya dan adik-adiknya.

NOTE: “catatan yang sangat berharga ini aku tulis setalah untuk kesekian kalinya aku menonton film ini namun tak ada rasa bosan. Hanya cerita inspirasi dan motivasi yang senantiasa ku dapat dari setiap alur cerita yang teruntai. Semangat menjalani hidup, berkarya untuk kehidupan dan senntiasa berusaha mewarnai setiap sendi kehidupan adalah pesan yang amat sangat berharga yang tersirat dalam isi film ini. Sebagai seorang yang memiliki cita-cita aku merasa malu karena apa yang kulakukan untuk mencapi cita-cita itu belum lah maksimal dibandingkan apa yang dilakukan oleh para laskar pelangi. Semoga aku bisa menjadi orang yang senantiasa tetap optimis berusaha dan tetap semangat meraih cita-cita dalam keadaan apapun”